Memulai cerita dengan warga Pulau Seram selalu saja berujung pada hal yang berkaitan dengan mitos dan legenda. Artinya mereka memang tak pernah melupakan sejarah leluhur mereka. Terlebih pada suku pedalaman yang masih menganut animisme dan dinamisme. Gaya bahasanya yang khas cukup sulit unutk dimengerti. Bicara tentang mitos dan legenda, tak ada habisnya ketika sudah berhadapan dengan penduduk pulau berpantai indah ini. Berjuta rahasia yang belum sempat terungkit di hadapan massa nusantara tersimpan rapi di bumi hijau ini. Mitos-mitos yang terdengar dari mulut ke mulut tiap warga yang bercerita benar-benar menarik dan memicu sanubari untuk tahu lebih jauh tentang itu. “piring dolo”, sebuah contoh yang melegenda di kalangan mereka. Ada yang dikatakan sebagai piring yang jahat, ada pula yang baik. Masing-masing memiliki kekuatan tersendiri. Yang baik dapat menyembuhkan dengan menetralisir racun dalam makanan yang disaji diatasnya, sementara yang jahat akan membawa malapetaka bagi penggunannya.
Piring ini disebutkan digunakan oleh para pendahulu mereka dari golongan tinggi atau para raja. Dikatakan pula bahwa piring-piring ini banyak tersimpan dan terkubur di hutan rimba karena disembunyikan keberadaanya untuk menjaga kelesterian dan kesaktiannya. Secara ilmiah, dapat disebutkan bahwa piring-piring ini termasuk benda yang tergolong artefak. Tentu saja, hanya oang-orang yang beruntung bias menemukan benda ajaib ini. Memang agak sulit dipercaya bagi masyarakat modern saat ini karena memang hanya menganggapnya mitos belaka, tapi tidak bagi mereka yang menganggapnya sebagai hal yang dikeramatkan. Terlepas dari itu, ada pula disebut “kupu-kupu raja”. Nah, hewan ini diceritakan oleh penduduk asli Kanikeh, kaki Gunung Binaiya. Kupu-kpu raja berukuran lebih besar dari biasanya dan muncul pada waktu tertentu dengan tujuan mengganggu langkah para pendaki yang menuju Binaiya. Konon katanya ia akan muncul jika yang bersangkutan tidak mengikuti upacara adat sirih pinang sebelum naik ke puncak Binaiya. Sang kupu-kupu raja akan terbang menhalangi pandangan mereka agar tersesat di jalan. Makanya, setiap pendaki diharuskan mengikuti upacara adat sebelum menjejakkan kaki di pelataran Gunung Binaiya. Masih seputar mitos di Binaiya, air yang dikenal dengan istilah wai Puku. Sebuah telaga yang tepat tergenang di puncak Gunung ini. Menurut sumber, Oce Masahuna (25) di desa Roho, air it adalah sisa air laut ketika Binaiya masih belum muncul di permukaan laut, tentunya sebelum zaman es dahulu kala. Air ini akan terasa asin persis seperti air laut jika seseoarang meminumnya di puncak tepat pada hari jumat. Sementara di hari yang lain, air dari telaga kecil ini sama seperti biasanya. Di luar dari wilayah pegunungan, legenda yang bersumber dari daerah pesisir pantai Pulau seram tak kalah menariknya. Tepatnya di Tanjung Hewal yang berada pada pesisir pantai Utara Pulau ini. Di tempat inilah terdapat sebuah legenda yang menceritakan tentang sebuah mesjid yang berdiri di tengah laut. Anehnya, mesjid ini semu dan hanya halusinasi dari setiap orang yang sempat melihatnya. Tentunya, hanya orang-orang tertentu pada waktunya yang kebetulan melihatnya dengan kasat mata, walaupun benda ini bersifat semu. Rahman(28), pria lokal asal Hatilen, sebuah kampung yang dekat dengan tempat ini mengatakan bahwa mesjid juga ada yang menghuninya. Mereka adalah orang-orang yang berbusana muslim lengkap dengan kopiah dan talkum layaknya orang yang akan menunaikan shalat. Mereka akan memanggil siapa saja yang melewati wilayah dekat mesjid yang berdiri di atas permukaan laut ini. Disamping legenda ini pula, cerita rekyat tentang hubungan tali persaudaraan diantara penduduk pantai dan gunung sangat mencengangkan dan membuat kuping siap menyimak dengan tajam. Orang-orang di gunung pada dasarnya memiliki talii persaudaraan yang dekat dengan penduduk di pantai sejak dahulu. Dahulu kala, pendahulu mereka merupakan saudara dimana salah satu diantaranya turun ke pantai. Sampai pada saat ini, anak cucu hanya tinggal mencocokkan marga untuk tahu silsilah keluarga yang sempat terpisah ini. Diketahui bersama bahwa Maluku ketika zaman kolonilisme belanda adalah salah satu wilayah favorit sasaran mereka berburu rempah. Nah, barang tentu banyak hal yang menjadi behan bersejarah yang kian menjadi peninggalan sang penjajah di tempat ini. Contohnya, “seterika VOC” yang sampai pada saat ini banyak diburu masyrakat karena dipercaya memiliki kekuatan ghaib. Seterika yang dilengkapi dengan kepala ayam jago dan tujuh lubang khas seterika arang diyakini oleh mereka punya nilai tersendiri yang sangat berharga. Warnanya agak kekuning-kuningan dan entah apa tujuannya sehingga sangat diincar oleh masyarakat lokal. Jadi, merupakan sebuah keberuntungan yang amat sangat ketika ada yang memiliki benda itu. Begitu pula halnya dengan uang logam peningggalan Belanda yang bergambar Ratu Welhemina. Turut menjadi buruan warga karena kekuatannya yang ajaib menurut mereka. Mitos-mitios makin berkembang dan menjadi hal-hal yang dikeramatkan di Pulau seram sampai pada saat ini.

Cheap Offers:

0 comments:

Posting Komentar

 
Top